Profil Desa Wonoyoso

Ketahui informasi secara rinci Desa Wonoyoso mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Wonoyoso

Tentang Kami

Profil Desa Wonoyoso, Pituruh, Purworejo. Telusuri sejarah babat alas di balik nama "Membangun Hutan", potensi pertanian subur, geliat UMKM, serta semangat gotong royong masyarakatnya yang kuat dan agamis.

  • Sejarah Babat Alas dalam Nama

    "Wonoyoso" berasal dari kata "Wono" (Hutan) dan "Yoso" (Membangun), mencerminkan sejarah perjuangan para leluhur dalam membuka (membabat) hutan untuk dijadikan lahan pemukiman dan pertanian yang makmur.

  • Lumbung Pangan yang Produktif

    Berada di dataran rendah yang subur, Desa Wonoyoso merupakan salah satu desa penyangga pangan andalan di Kecamatan Pituruh, dengan padi sebagai komoditas utama yang menopang perekonomian.

  • Komunitas Gotong Royong yang Solid

    Masyarakatnya dikenal memiliki ikatan sosial yang sangat kuat, di mana semangat gotong royong dan nilai-nilai keagamaan menjadi fondasi utama dalam setiap aspek kehidupan dan pembangunan desa.

XM Broker

Terletak di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Desa Wonoyoso adalah sebuah monumen hidup yang namanya menceritakan perjuangan dan kerja keras para pendahulunya. "Wonoyoso", sebuah nama yang sarat akan makna historis, bukan sekadar penanda administratif, melainkan sebuah prasasti lisan tentang proses babat alas—membuka hutan—untuk membangun sebuah peradaban. Kini, desa tersebut telah bertransformasi menjadi lahan agraris yang subur dan produktif, dihuni oleh masyarakat yang tangguh, religius dan memegang teguh semangat kebersamaan. Profil ini akan membawa Anda menelusuri jejak sejarah di balik nama Wonoyoso, menggali potensi ekonominya, dan merasakan denyut kehidupan sosialnya yang harmonis.

Sejarah dan Filosofi di Balik Nama "Wonoyoso"

Nama Wonoyoso berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa Kuno/Kawi, yaitu Wono dan Yoso. Kata "Wono" berarti hutan, alas, atau rimba. Sementara "Yoso" berarti membuat, membangun, mendirikan, atau berusaha. Dengan demikian, "Wonoyoso" secara harfiah dapat diartikan sebagai "membangun hutan" atau "mendirikan (desa) dengan membuka hutan". Nama ini secara gamblang merefleksikan sejarah pembentukan desa tersebut.Menurut narasi tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi, wilayah Desa Wonoyoso pada masa lampau merupakan kawasan hutan belantara yang lebat. Para leluhur atau cikal bakal desa ini adalah sekelompok orang yang dengan kerja keras dan semangat juang tinggi membuka lahan di tengah hutan tersebut untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Proses babat alas ini bukanlah pekerjaan mudah dan membutuhkan gotong royong serta keberanian yang luar biasa. Oleh karena itu, nama "Wonoyoso" disematkan sebagai penghormatan abadi atas perjuangan para pendiri desa. Filosofi ini terus meresap dalam karakter masyarakatnya, menanamkan nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan pentingnya gotong royong dalam membangun kehidupan.

Kondisi Geografis dan Tatanan Demografis

Secara geografis, Desa Wonoyoso terletak di kawasan dataran rendah yang subur di Kecamatan Pituruh, sebuah bukti keberhasilan para leluhur dalam memilih dan mengolah lahan. Kontur tanahnya yang datar sangat ideal untuk pertanian sawah irigasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, luas wilayah Desa Wonoyoso tercatat sekitar 1,73 kilometer persegi. Desa ini berbatasan langsung dengan desa-desa lain; di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kaligintung dan Karanganyar, di sebelah timur dengan Desa Tunjungtejo, di sebelah selatan dengan Desa Keburusan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalimati.Menurut data kependudukan termutakhir, Desa Wonoyoso dihuni oleh sekitar 2.125 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 1.228 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas mutlak penduduknya adalah petani, yang mewarisi profesi dan lahan dari generasi sebelumnya. Sebagian kecil lainnya bekerja di sektor lain seperti wirausaha, perdagangan, jasa, dan sebagai perantau di kota besar, namun tetap menjadikan desa sebagai basis keluarga mereka.

Pertanian sebagai Jantung Perekonomian

Sesuai dengan sejarahnya, sektor pertanian adalah jantung yang memompa kehidupan ekonomi di Desa Wonoyoso. Lahan subur hasil dari proses babat alas di masa lalu kini menjadi aset utama yang menopang kesejahteraan warga. Komoditas andalan yang menjadi primadona adalah padi. Dengan sistem irigasi yang terkelola baik, para petani mampu memanen padi dua hingga tiga kali dalam setahun, menjadikan desa ini salah satu lumbung pangan penting di Kecamatan Pituruh.Selain padi, untuk memaksimalkan potensi lahan dan sebagai bagian dari diversifikasi, para petani juga menanam palawija seperti jagung, singkong, dan kacang-kacangan, terutama di musim kemarau. Di pekarangan-pekarangan rumah, warga juga menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pribadi dan dijual ke pasar lokal. Di luar pertanian, geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga mulai tampak, terutama di bidang pengolahan makanan ringan tradisional dan kerajinan tangan, yang menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Pemerintahan Desa Wonoyoso dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang bekerja secara kolaboratif dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Semangat "Yoso" atau membangun sangat tercermin dalam proses tata kelola desa. Perencanaan pembangunan dilakukan secara partisipatif melalui forum Musrenbangdes, di mana seluruh elemen masyarakat dilibatkan untuk memberikan masukan dan menentukan arah pembangunan.Pada tahun 2025 ini, prioritas penggunaan Dana Desa diarahkan untuk memperkuat fondasi ekonomi dan sosial masyarakat. Di sektor infrastruktur, program difokuskan pada pemeliharaan jalan usaha tani untuk kelancaran transportasi hasil bumi dan optimalisasi jaringan irigasi. Di bidang pemberdayaan, pemerintah desa memfasilitasi pelatihan bagi kelompok tani untuk adopsi teknologi pertanian yang lebih modern, serta memberikan dukungan bagi para pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran produk mereka.

Kehidupan Sosial yang Komunal dan Agamis

Filosofi gotong royong yang menjadi kunci keberhasilan babat alas di masa lalu, kini terwujud dalam kehidupan sosial masyarakat Wonoyoso yang sangat komunal. Ikatan sosial antarwarga terjalin sangat erat, dan semangat saling membantu menjadi landasan utama dalam bertetangga. Tradisi kerja bakti, sinoman, dan menjenguk orang sakit adalah praktik sehari-hari yang menunjukkan kuatnya solidaritas sosial. Suasana pasca perayaan HUT RI ke-80 pada Agustus 2025 ini pun menjadi bukti nyata kekompakan warga dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan bersama.Sebagai masyarakat yang agamis, nilai-nilai keislaman menjadi napas dalam setiap sendi kehidupan. Masjid dan musala tidak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan Al-Qur`an (TPA), dan pembinaan moral generasi muda. Kegiatan pengajian rutin dan perayaan hari besar Islam selalu diikuti dengan antusias dan menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi.

Tantangan dan Prospek di Masa Depan

Tantangan utama yang dihadapi Desa Wonoyoso adalah tantangan klasik desa agraris. Regenerasi petani menjadi isu krusial di tengah arus modernisasi yang menarik generasi muda ke sektor non-pertanian. Selain itu, ketergantungan pada kondisi alam dan stabilitas harga pasar menjadi risiko yang harus dihadapi. Pengembangan UMKM juga perlu didorong lebih kuat agar mampu menjadi pilar ekonomi kedua yang solid.Namun prospek masa depan Desa Wonoyoso sangatlah cerah. Dengan fondasi sosial yang sangat kuat dan etos kerja yang tinggi, masyarakatnya memiliki modal besar untuk beradaptasi dan berinovasi. Potensi pengembangan agribisnis, dari hulu hingga hilir, sangat terbuka. Pengolahan hasil panen menjadi produk jadi dapat meningkatkan nilai jual secara signifikan. Selain itu, narasi sejarah "Wonoyoso" sebagai desa hasil babat alas dapat menjadi aset budaya yang unik, yang bisa dikemas menjadi cerita inspiratif atau bahkan daya tarik wisata edukasi berbasis komunitas.

Penutup

Desa Wonoyoso adalah sebuah alegori tentang perjuangan, kerja keras, dan kekuatan gotong royong. Namanya adalah pengingat abadi bahwa dari sebuah "hutan" yang tak tersentuh, dapat lahir sebuah peradaban yang subur dan makmur. Dengan terus merawat tanah yang diwariskan leluhur dan memupuk semangat kebersamaan yang menjadi ciri khasnya, masyarakat Wonoyoso akan terus "membangun" masa depan mereka, membuktikan bahwa warisan terbaik dari masa lalu adalah semangat untuk terus berkarya.